Archive for Januari, 2002

Renovasi Balaikota Malang Merusak Nilai Historis

Januari 22, 2002

Malang, Kompas – Sejumlah mahasiswa dengan pakaian hitam-hitam memprotes renovasi Balaikota Malang, Senin (21/1). Para mahasiswa yang tergabung dalam Komunitas A-nol itu menganggap, renovasi Balaikota Malang justru merusak nilai historisnya.

Renovasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Malang itu sama sekali tidak mengindahkan ciri klasik dari bangunan tersebut. Aksi protes di depan Balaikota Malang itu dilakukan dengan membentang poster dan spanduk.

Selain itu, para mahasiswa juga menemui para wakil rakyat setempat. Mereka diterima tiga orang Wakil Ketua DPRD Kota Malang, Oetojo Sardjito, HA Syafi’y, dan Bambang Priyo Utomo. Para mahasiswa minta agar DPRD turut serta mengambil sikap berkaitan dengan upaya melestarikan bangunan-bangunan bersejarah seperti Balaikota Malang.

Menurut mahasiswa, kawasan sekitar Bundaran Tugu sudah menjadi ciri khas Kota Malang. “Tugu dan Ijen sudah jadi sumbu kota ini, jadi segala upaya renovasi harus memperhatikan unsur historis serta arsitekturnya,” ujar Eko, seorang mahasiswa. Mereka juga berharap agar DPRD menjadi mediator untuk menggelar dialog terbuka seputar pelestarian terhadap bangunan-bangunan bersejarah.

Oetojo Sardjito mengatakan, DPRD Kota Malang sendiri tak pernah diajak bicara tentang renovasi wajah balaikota. “Dewan memang tak pernah diajak ngomong soal ini. Dulu pernah ada keinginan mengganti lantai tegel dengan keramik, itu kita tolak, karena merusak nilai sejarah,” ujar Sardjito.

Arsitektur klasik

Kepala Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah (Kimpraswil) Kota Malang Soegiantoro menyatakan, renovasi Balaikota Malang itu justru ingin mengembalikan ke bentuk semula. “Kami justru ingin kembalikan ke arsitektur klasik, setelah dulu pernah ditempeli gaya country. Ini idenya wali kota sejak tahun 1997,” katanya. Dana renovasi bersumber dari pos pemeliharaan APBD 2001 sebesar Rp 264 juta.

“Karena keinginan mengembalikan ke arsitektur klasik itu, kami pakai desain dari Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang. Bukan karang-karang sendiri,” katanya.

Ketua Tim Desain Renovasi Balaikota Malang Ir Trias Sembodo mengatakan, sebelum melakukan renovasi tim telah melakukan studi terhadap buku-buku yang memuat tentang kesejarahan Balaikota Malang.

Ia senang para mahasiswa melakukan koreksi terhadap renovasi tersebut. “Cuma mereka belum melihat hasil akhirnya. Renovasi ini sudah melalui berbagai studi, dengan maksud melestarikan nilai-nilai kultural bangunan,” katanya.

Trias Sembodo bahkan ingin melakukan dialog terbuka dengan para mahasiswa, untuk menghindari kesalahpahaman seputar renovasi tersebut. Balaikota Malang dibangun oleh arsitek berkebangsaan Belanda HF Horn pada tahun 1927-1929. Ia memberi tema bangunan itu Voor de Burgers van Malang (untuk warga Kota Malang). (can)

Sumber: Kompas, Selasa, 22 Januari 2002